Senin 28 Jun 2021 19:25 WIB

DIY Wacanakan Bangun RS Darurat Covid-19 di Sleman

Sleman menjadi daerah di DIY dengan tingkat rujukan pasien Covid-19 tertinggi.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Andri Saubani
Relawan membangun tenda barak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (27/6/2021). Pembangunan tenda barak tersebut untuk melakukan screening dan penampungan sementara pengunjung di Instalasi Gawat Darurat (IGD) agar tidak terjadi kerumunan serta  mengantisipasi penularan COVID-19.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Relawan membangun tenda barak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (27/6/2021). Pembangunan tenda barak tersebut untuk melakukan screening dan penampungan sementara pengunjung di Instalasi Gawat Darurat (IGD) agar tidak terjadi kerumunan serta mengantisipasi penularan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY tengah merencanakan untuk membangun rumah sakit darurat khusus untuk penanganan Covid-19 di Kabupaten Sleman. Hal ini menyusul lonjakan kasus yang terus terjadi, terutama di Sleman.

"Ada wacana itu (membangun RS darurat) terutama memang kemarin kami melihat di Sleman. Karena Sleman ini wilayah yang paling tinggi rujukannya, sehingga ada ide untuk mendirikan RS darurat di Sleman," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes DIY, Yuli Kusumastuti kepada wartawan dalam wawancara yang digelar melalui Zoom, Senin (28/6).

Baca Juga

Saat ini, di seluruh kabupaten/kota se-DIY ada 27 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Sementara, di Kabupaten Bantul juga ada satu rumah sakit lapangan khusus Covid-19.

Namun, dengan lonjakan kasus Covid-19 yang sangat signifikan di DIY belakangan ini menyebabkan keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) terus meningkat tajam. Bahkan, sebagian besar BOR di rumah sakit rujukan rata-rata ada di angka 85 bahkan 100 persen.

"Itu (rencana pembangunan RS darurat) sedang dalam proses, karena tidak mudah. Wacana untuk membuka RS darurat sedang berlangsung, tapi di level provinsi," ujar Yuli.

In Picture: Tenda Darurat RSUP Dr Sardjito Antisipasi Lonjakan Pasien

photo
Tenaga kesehatan keluar dari tenda darurat Poli Covid-19 RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Senin (28/6). Untuk antisipasi RSUP Dr Sardjito mendirikan tenda darurat di depan Poli Covid-19. Namun, pendirian tenda darurat ini masih untuk antisipasi jika bangsal untuk pasien Covid-19 penuh. - (Wihdan Hidayat / Republika)

 

 

Selain itu, pihaknya juga tengah membahas terkait penambahan shelter penanganan Covid-19. Pasalnya, kasus terkonfirmasi positif juga didominasi oleh kasus yang tidak bergejala hingga gejala ringan.

Kasus yang tidak bergejala dan bergejala ringan ini, katanya, tidak perlu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Sehingga, dengan ditambahnya shelter dapat mengurangi beban rumah sakit yang hanya diperuntukkan untuk menangani pasien Covid-19 dengan kondisi sedang hingga berat.

"Supaya tidak semakin memperbanyak transmisi di tingkat masyarakat, kita shelter-kan (yang tidak bergejala) dan nanti dipantau oleh tenaga kesehatan agar tidak jatuh ke kondisi yang berat," jelasnya.

Yuli menyebut, saat ini masih ada rumah sakit rujukan yang merawat pasien tidak bergejala. Sementara, pasien yang membutuhkan perawatan intensif menjadi tidak terlayani dengan baik.

Rumah sakit pun, katanya, memiliki beban yang berat. Mengingat rumah sakit tidak boleh menolak pasien.

"RS ini menerima beban ganda, satu sisi pasien Covid-19 harus tetap dilayani, tapi di sisi lain RS juga tidak bisa menolak. Dinkes dan dinas sosial dalam proses pembicaraan untuk membuka shelter dengan harapan RS berkurang bebannya," katanya.

photo
Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement